Monday, February 23, 2015

Kesaksian Mengerikan Korban Bus Maut Sang Engon

Kesaksian Mengerikan Korban Bus Maut Sang Engon
Ilustrasi kecelakaan bis. Tempo/Dasril Roszandi

TEMPO.COBojonegoro- Rantimah,52 tahun, salah satu penumpang selamat kecelakaan tol Jatingaleh, Semarang, mengaku bersyukur masih bisa menghirup udara segar. Sebab, nyawanya bisa saja melayang, jika ia tidak masuk di bawah kursi bus, beberapa detik saat kecelakaan maut terjadi. "Saya masuk di bawah kursi," katanya. Ia menyatakan ihwal ini saat berada di Posko penjemputan kecelakaan Tol Semarang di Kantor Kecamatan Dander, Bojonegoro, Sabtu 21 Februari 2015.

Rantimah, adalah seorang dari puluhan penumpang Bus Sang Engon Nomor Polisi B 7222-KGA, yang mengalami kecelakaan di Tol Jatingaleh, Semarang, Jumat 20 Februari 2015. Dalam kejadian itu, 18 meninggal dunia, 21 luka berat, dan 25 luka ringan dari total 64 penumpang bus. Dia menyatakan bersyukur, masih bisa mendampingi Khandam, 60 tahun, suami dan empat anaknya, yang tinggal di RT 23/RW1 Desa Dander, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro ini.

Ditemui, usai berobat ringan akibat kecelakaan di klinik Kecamatan Dander, Rantimah, menyatakan bahwa penumpang bus diakui penuh sesak. Jamaah pengajian Nurul Iman Dander, yang ikut berangkat ada 60 orang lebih. Termasuk, juga anak-anak, dan para orang tua. Bus berisi penuh. Akhirnya, dibuat kursi tambahan yang ditaruh di tengah-tengah, bangku.

Menurutnya, acara inti kegiatan pengajian sudah selesai. Sepulang dari mengaji bersama Habib Lutfi di Pekalongan, kemudian dilanjutkan ziarah di Makam Mbah Mangli, di Magelang. Rombongan kemudian memilih untuk pulang, melalui Tol Jatingaleh, Semarang, dan menuju ke Purwodadi, Blora, Cepu dan terakhir di Bojonegoro.

Saat memasuki Tol Jatingaleh, waktu masuk menjelang zuhur. Hatinya merasa tidak enak. Padahal, posisi duduk berjajar tiga dan di urutan kursi ke tiga dari depan, harusnya nyaman karena leluasa melihat pemandangan. Ketika, masuk tol, kecepatan bus normal, antara 60 hingga 80 kilometer perjamnya. Namun, saat posisi jalan menurun, dia merasakan, laju bus menjadi cepat.

Bahkan, posisi turun di tikungan, laju Bus Sang Engon seperti terbang. Beberapa orang juga merasakan, laju kendaraan yang sangat cepat."Seperti mau terbang," katanya. Betul juga, dalam hitungan perdetik, tiba-tiba bus dari lajur kiri yang melaju dari Semarang barat menuju ke timur, oleng dan menabrak tiang pembatas jalan.

Mengetahui bahaya, Rantimah, ngotot masuk ke sela-sela kolong kursi. Dan terdengar suara, brak. Ia merasakan tubuhnya terguling beberapa kali. Puluhan penumpang berteriak histeris, dan berucap nama Tuhan.

Tubuh penumpang saling bertindihan satu sama lain, termasuk Rantimah. Suasananya kacau, karena kiri-kanan tubuhnya penuh dengan darah. Saat bus dalam keadaan berhenti, perempuan empat anak ini, nekat memecah kaca jendela dan kemudian menyembul keluar dari himpitan. Hal yang sama juga dilakukan penumpang selamat. "Saya ingat, suara mengerikan," katanya.

Setelah dirinya lolos dari maut, para pengguna jalan berdatangan. Juga polisi serta petugas dari Dinas Perhubungan Jawa Tengah memberikan pertolongan. Bahkan, dia sempat melihat, beberapa tubuh jemaah pengajian tergencet. "Kalau saya ingat, ngeri," katanya. Meski pernah mengalami kejadian yang mengancam nyawanya, Rantimah, menyatakan tidak kapok ikut rombongan bus berziarah wali dan juga istighasah dengan Habib Lutfi di Pekalongan.

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright 2010 oleh HariZ| Powered By : Blogger